Wali Kota Metro jadi Narsum Munas HOGSI

0
650
Wali Kota Metro Wahdi Siradjuddin saat memaparkan program Jama-PAI di Munas HOGSI. (ist)

METRO, WARTAALAM.COM – Wali Kota Metro Wahdi Siradjuddin menjadi narasumber (narsum) pada Musyawarah Nasional (Munas) ke-14 Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI), di Harris Hotel dan Convention Solo, Jalan Slamet Riyadi, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (10/10/2022).

Dalam kesempatan tersebut, Wahdi menjadi pembicara dengan materi Jaringan Masyarakat Peduli Anak dan Ibu (Jama-PAI) yang berlangsung secara hybrid.

Wahdi mengatakan, Jama-PAI merupakan program yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap ibu dan anak, dimulai dari anak lahir dan pencegahan stunting.

Kemudian masuk remaja memberikan pelayanan kesehatan termasuk HIV dan merokok. Artinya di satu Puskesmas kalau dijalankan semua, sudah selesai. Ini termasuk mencegah penyakit tidak menular (PTM), katanya.

Menurut dia, dalam Jama-PAI dilakukan pengawasan dimulai dari prakonsepsi lantaran pada fase ini merupakan fase penting dalam tumbuh kembang anak di masa mendatang.

“Ketika kita memelihara kehamilan dan persalinannya baik, maka tidak ada lagi masalah. Motoriknya hanya terganggu, tapi tidak dengan anaknya,” ujarnya.

Jama-PAI, ujar Wahdi, diperuntukkan dalam pembentukan sumber daya manusia (SDM), yang di Metro disebut Gemerlang (Generasi Emas Metro Cemerlang), sesuai dengan target Indonesia Emas 2045.

“Karena Jama-PAI itu sudah menyelesaikan tujuh pilar itu, di antaranya kami sudah menyelesaikan masalah kesehatan, sosial, kesejahteraan. Mereka yang ingin menikah itu sudah harus ada saksi dari kami dan juga perhatian dari masyarakat tiga bulan itu sudah kami cek persyaratannya. Apabila ada masalah keluarganya dengan diabetes dan lain sebagainya, cek dulu keluarganya. Jadi kami membentuk manusia itu bukan saat kondisi ibu dan si bapak ini sakit,” ujar dia.

Ia mengatakan, untuk pernikahan di bawah umur di Kota Metro merupakan yang terendah di Provinsi Lampung yaitu 14,7 persen.

“Ada kematian pada proses melahirkan itu terjadi pada mereka yang belum waktunya melahirkan, kami menyebutnya 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat, dan terlalu banyak anak). Dan itu yang akan kami berikan imbauan kepada anak-anak remaja kita itu melalui pengetahuan kesehatan reproduksinya,” ujarnya. (fir)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini