PEMILIHAN kepala daerah (Pilkada) 2020 di Lampung Selatan (Lamsel) menjadi partai “big match”.
Betapa tidak. Setelah pasangan Hipni-Melin (Himel) melakukan “blunder” dengan tidak lolos di pleno penetapan Komisi Pemilihan Umum ( KPU) lantaran ada masalah hukum, kini yang berkompetisi hanya dua kubu, pasangan Tony Eka Candra-Antoni Imam (TECA, red) dan Nanang Ermanto-Pandu D. (Napada, red).
Secara person keempat orang tersebut berbobot. Nanang merupakan petana –semula wakil bupati–naik tahta dan mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat dari PDI-P dan calon wakilnya pada Pilkada 2020 ini Pandu D.
Khusus Pandu kendati baru muncul di arena Pilkada, anak muda ini tak bisa dipandang sebelah mata.
Dia anggota DPRD Provinsi Lampung dari PPP yang juga mempunyai “kocek” tebal.
Tony Eka Candra dan Antoni Imam merupakan dua raksasa yang memiliki basis massa di Lampung Selatan.
Keduanya merupakan anggota DPRD Provinsi Lampung dari Partai Golkar (TEC) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Antoni Imam.
Dunia politik sudah mendarah daging bagi TEC dan Antoni Imam. DPRD provinsi bukan kali pertama bagi keduanya.
Bahkan raihan suara keduanya dalam pemilihan anggota legislatif, tidak terpaut jauh. Sama-sama di atas 20 ribu.
Antoni Imam sebelumnya mantan anggota DPRD Lamsel empat priode. Warga Kecamatan Sudomulyo Lampung Selatan ini dikenal baik masyarakat.
Dari partai pengsung, TECA berlayar dengan perahu Golkar ( 7 kursi), PKS (7 kursi), dan Demokrat (4 kursi). Sedangkan Napada menggunakan PDI-P, Nasdem, Hanura, dan Perindo.
Dari “skil” individu, empat jawara tersebut sangat piawai terlebih scuad TECA. Kedua “pemain” itu memiliki puluhan ribu fans fanatik yang tersebar di sudut desa di kabupaten itu.
Ya Tony Eka Candra dan Antoni Imam bukan orang baru di kancah politik. TEC merupakan ketua Badan Narkotika Nasional (BNN) Lampung yang juga memiliki basis massa di berbagai ormas sedang Antoni mantan petinjuda dan ketua umum Pengprov Persatuan Tinju Nasional ( Pertina) Lampung dan memiliki pondok pesantren yang dikenal dekat dengan berbagai kalangan dan ormas.
Betul-betul partai “big macth”. Pengusung TECA merupakan partai yang selalu masuk lima besar nasional. Sementara Napada kendati hanya PDI-P yang meraih kursi besar di Lamsel bukan berarti tim yang mudah dikalahkan.
Gelar petahana kendati selama menjabat belum banyak yang diperbuat untuk masyarakat Lansel, Nanang Ermanto sudah memiliki pengalaman menjadi “nahkoda” di daerah itu. Demikian pula dengan Pandu D. Anak muda yang satu ini memiliki talenta terbukti begitu ikut Pileg langsung duduk.
Pertarungan kedua kubu, TECA vs Napada berlangsung sengit. Mereka memiliki fans fanatik dan pengusung jempolan ditambah mesin politik paten dan militan bahkan “sponsor” raksasa.
Dan tidak menutup kemungkinan mereka juga sudah melakukan lobi-lobi dengan partai pengusung Himel sebagai upaya menambah “power” ketika pasangan Himel gagal dalam gugatan perselisihan di Bawaslu.
Sudah dapat diprediksi siapa yang bakal menjadi pemenang. Tentunya siapa yang mampu “membeli” hati rakyat dan itu bukan dari segi program atau visi dan misi calon. Mengingat sampai kini visi dan misi kedua tim bersifat “datar” alias mengikuti pakem nasional. (Dadang Saputra)