JAWA TENGAH – WARTAALAM.COM – Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meluncurkan sistem informasi peringatan dini gempa berpotensi tsunami berbasis frekuensi radio atau handy talky (HT) dan aplikasi berbasis Android.
Peluncuran dua sistem informasi tersebut dilakukan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Senin (4/10/2021).
Selain peluncuran sistem informasi gempa berpotensi tsunami, dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penyusuran jalur evakuasi yang dimulai dari perkampungan nelayan di Kelurahan Tegalkamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan, menuju Jalan Gatot Soebroto, Cilacap.
Susur jalur evakuasi tersebut merupakan bagian dari skenario simulasi mandiri saat terjadi gempa bumi berkekuatan 8,7 Skala Richter (SR) yang berpusat di 224 kilometer dengan kedalaman 20 kilometer serta berpotensi tsunami.
Saat ditemui saat kegiatan, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan sistem peringatan dini sudah disiapkan BMKG dan beberapa lembaga terkait.
Sistem peringatan dini ini, bagian hulu dikoordinasikan BMKG. Bagian hulu itu bagian observasi, kemudian pengumpulan data, lalu processing, analisis, prediksi, dan peringatan dini, itu BMKG yang mengoordinasikan, yang berkontribusi ada BIG (Badan Informasi Geospasial), ada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dan ada BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), ujarnya.
Ia mengatakan, informasi yang telah dihitung BMKG dikirimkan ke masyarakat melalui pemerintah daerah khususnya Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BPBD setempat untuk diteruskan kepada masyarakat di desa-desa.
Menurut dia, sistem informasi peringatan dini gempa berpotensi tsunami yang diluncurkan BMKG di Cilacap ditujukan untuk meneruskan informasi dari Pusdalops BPBD ke masyarakat.
“Kenapa kami memperhatikan itu, karena belajar dari fakta di lapangan. Saat (informasi dari BMKG) sampai di Pusdalops, itu tidak dijamin bisa langsung ke masyarakat, antara lain karena gempanya kuat, listrik mati. Listrik mati, alat-alat di Pusdalops ya ikut mati. Kalau alat-alat mati, sistem peringatan dini macet di sini,” katanya.
Menurut dia, sistem informasi yang diluncurkan tersebut sebagai backup sistem peringatan dini dari Pusdalops BPBD ke masyarakat.
Dalam hal ini, kata dia, sistem peringatan dini tersebut menggunakan frekuensi radio HT guna mengantisipasi putusnya aliran listrik maupun sinyal telepon seluler atau internet akibat adanya gempa bumi.
Inisiator dua sistem informasi peringatan dini tersebut, Setyoajie Prayoedie mengatakan sistem informasi berbasis frekuensi radio (radio broadcaster) merupakan media diseminasi info gempa bumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG.
“Radio broadcaster ini, informasi disampaikan dalam bentuk suara, tidak berbasis teks atau grafis, sehingga harapannya bisa menjangkau kelompok masyarakat rentan khususnya yang mengalami kendala dalam melihat atau membaca. Informasinya dalam bentuk suara, harapan kami info tersebut lebih mudah oleh masyarakat,” kata kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara.
Menurut dia, sistem peringatan dini berbasis frekuensi radio tersebut menggunakan teknologi yang relatif sederhana karena masyarakat cukup mendengarkan dari frekuensi radio yang digunakan oleh BPBD, sehingga ketika terjadi gempa bumi masyarakat secara otomatis akan dengar info tersebut.
Sementara untuk sistem peringatan dini berbasis Android berupa aplikasi Sirita (Sirens for Rapid Information on Tsunami Alert), kata dia, hal itu sebagai alternatif dari keterbatasan jumlah sirine yang terpasang. (*)