Tubaba, WARTAALAM.COM – Seni hiburan wayang kulit ternyata masih mampu menyedot perhatian khalayak ramai terutama warga transmigran dan keturunannya di daerah eks transmigrasi Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) Provinsi Lampung, setidak itu yang terekam wartawan WARTAALAM.COM di lapangan semalam, Minggu (8/9/2019).
Hentakan tetabuhan gendang dan alunan gamelan yang mengiringi sabetan wayang yang terbuat dari kulit sapi di layar putih oleh Ki Dalang Agus Hari Sapto memukau semua mata yang tertuju pada bentangan kain sebagai media pertunjukkan. Dalang asal Sragen, Jawa Tengah itu semalam usai menggelar pertunjukan semalam suntuk di Way Lunik Tiyuh Karta Raharja Kecamatan Tulang Bawang Udik.
“Saya beruntung bisa menyaksikan pertunjukan ini, menurut cerita ibu, mendiang kakek saya adalah penggemar berat wayang kulit”, tutur Jessica ibu muda kelahiran Lampung, kedua orang tuanya adalah transmigran asal Klaten, Jawa Tengah.
Beda lagi penuturan Jumiran, ia tadi malam harus mengantar dan menunggui ayahnya yang sudah berusia 76 tahun untuk nonton.
“Bapak sudah sibuk begitu mendengar akan ada wayang kulit. Semalam sudah larut malam saya ajak pulang gak mau, mau nonton limbukan katanya, padahal usia bapakkan sudah lanjut tapi masih sedia begadang hingga larut malam”, kata Jumiran.
Kesenian adi luhung kebanggaan orang jawa tersebut digelar warga dalam rangka resepsi pernikahan, siang hari sebelumnya tamu undangan dihibur pertunjukan campursari.
Menurut seorang pendemen seni tradisional jawa yang enggan disebut identitasnya, Ia bangga dengan Pemerintah Daerah yang juga senang menggelar seni-seni tradisional. Pertunjukkan wayang kulit khususnya, tak hanya muncul kalau ada warga resepsi, terkadang pemerintah, terutama pemerintah desa kerap menggelar pakeliran ringgit purwo ini dalam rangka ‘besik desa’.
Cuma Ia menyayangkan intensitasnya terasa kurang, dikhawatirkan karena jarang ditonton kesenian ini akan semakin ditinggalkan generasi muda. (ES.007)