Warga Keluhkan Kondisi Jalan Kawasan Way Handak Lampung Selatan

0
125

LAMPUNG SELATAN – WARTAALAM.COM – Sejumlah warga mengeluhkan pembangunan jalan lingkungan kawasan Eay Handak, Jalan Stadion Jati Rukun, Lingkungan 03. Rt.04. Gang Damai, Keluruhan Way Lubuk, Kecamatan Kalianda Lampung Selatan.

Alasannya, warga setempat kesulitan ketika hendak menuju Kota Kalianda. Jalan tersebut ditutup, tidak ada akses alternatif apalagi musim hujan, jalan yang ada tidak bisa dilalui.

Warga hanya menggunakan jalan berputar yang jauh dari jangkauan dari alan aspal.

Menurut Sukirno, Soleh, dan Rama, warga setempat, Jumat (23/9/2021), saat musim hujan jalan berlumpur.

Tidak ada jalan setapak atau jembatan kayu meski hanya untuk pejalan kaki.

Dan pemerintah daerah khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Lampung Selatan tidak memberi jalan sedikitpun.

Sukirno mengatakan, tidak ada jalan setapakpun. “Kami kesulitan tetlebih saat hujan, becek dan jalan berlumpur,” ujar dia.

‘Memang pihak pemda juga main ukar-ukur saja jalan gang kami,” katanya.

“Dan untuk ke depannya ya permintaan warga dikasihlah jalan dan jembatan kayu buat pejalan kaki, jangan ditutup habis begitu. Walaupun mobil tak bisa lewat, motor pun jadilah, hanya cukup buat ban sepeda motor saja. memang itu tanah pemda tapi kan setidaknya dikasih buat warga lewat. Saat kami mau ke GOR, kami harus mutar jalan kaki, atau pun kami sewaktu-waktu mau ke kantor kelurahan mutar lagi ke Jalur Dua Stadion itu pak,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Rama mengatakan, jalan dimana pun bagus dan tidak ditutup.

“Ya menurut saya jalan diperbaiki jangan ditutup seperti ini, dan kalau ditutup-tutup beginikan menghambat warga,” katanya.

“Tambah jauh. Bukan mempersingkat perjalanan warga setempat justru mempersulit warga akhirnya. Kalaupun tidak mau memberi satu meter, ya setengah meter pun jadi. Kasih lorong begitu, walaupun di sini dipagar di sana dipagar nantinya terserah. Saya dengar-dengar nanti di sini kalau sudah jadi pembangunan ini, kalau mau masuk bayar (tiket),” katanya.

Sementara itu, Sukirno menceritakan penggalian embung di lokasi yang sama, di depan rumahnya.

Dia juga pernah bekerja menjaga malam alat berat berbentuk Excavator yang tak kunjung dibayar pemborongnya Edy.

Dia dijanjikan gaji Rp.100 ribu per malam dan sudah berjalan selama delapan malam.

Dan sebelum serah terima sementara pekerjaan atau Provisional Hand Over (PHO) sudah ditanyakan Sukirno namun jawaban Edy tunggu PHO terlebih dahulu, kemudian setelah PHO selesai sampai sekarang gaji Sukirno belum juga dibayarkan.

“Iyaa saya kan yang waktu jaga alat berat Exca ini dulu waktu pembangunan penggalian embung ini, namun sampai sekarang belum dibayar gaji saya sama Edy pemborongnya,” kata dia.

“Janjinya mau gajih saya Rp100 ribu per malam dan sudah saya jalankan selama delapan malam, berarti sudah Rp 800 ribu. Tetapi tak kunjung dibayarkan dan sampai sekarang orangnya tidak muncul,” katanya.

“Kalau dulu iya muncul sebelum PHO, saya tanya ya tunggu PHO dahulu kemudian ini pun sudah PHO, saya tanya sama pak Parlan selaku mandor, lalu saya tanya mana pak Edy, itu saya bilang terus Parlan bilang tak kesini. Dan saya bilang tolong sampaikan sama Edy, saya jaga Exca belum dibayar. ya nanti saya sampaikan katanya, tapi sampai sekarang tidak ada pembayaran atau penyelesaian,” tuturnya. (hen/rif)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini