Hari Santri Nasional di Ponpes Darul Falah-Sukajaya Berlangsung Semarak

0
771

GUNUNG AGUNG-TUBABA,  WARTAALAM.COM — Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2019 di Pondok Pesantren Darul Falah yang berada di Tiyuh (sebutan lain untuk desa) Sukajaya Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) berlangsung semarak.

Perayaan Hari Santri Nasional yang mengusung tema “Santri Indonesia untuk Perdamaian dunia” tersebut tak hanya diikuti oleh internal keluarga besar Pondok Pesantren asuhan Abah KH. M. Sahli Gufron saja, tetapi juga dihadiri oleh sejumlah organisasi sayap otonom Ormas Nahdlatul Ulama (NU), diantaranya Fatayat NU, jawara-jawara Pagar Nusa dan Persaudaraan Setia Hati Teratai (PSHT), Banser, Anshor serta pimpinan MWC NU setempat.

Kemeriahan berlangsung sepanjang siang dan malam sejak Minggu hingga Selasa, 19-22 Oktober 2019 dengan rangkaian kegiatan ; lomba-lomba untuk santri (dacil, surat pendek dan asmaul husna) yang diikuti peserta anak-anak TPA, malamnya disambung atraksi permainan tradisional sepakbola api, gobak sodor dan gedrik atau ingklik sebagai refresentasi kebudayaan pesantren.

Esoknya ada gelaran Ro’an Akbar : Jaga Bumi, Jaga Hati yaitu kegiatan bersih-bersih lingkungan pondok, di lanjut malam harinya sholawat dan tausiyah Perdamaian Dunia dengan penceramah KH Muchlisin. Pada puncak acara 22 Oktober dilaksanakan Upacara Hari Santri Nasional, bertindak sebagai Pembina Upacara Ketua LPA GENERASI Kabupaten Tubaba, Elia Sunarto yang dilanjutkan dengan Parade Santri-Cinta Damai dan Pentas Seni – Perdamaian Dunia.

Dalam amanatnya, pembina upacara menyebut kontribusi pesantren terhadap kebesaran bangsa Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Terbitnya Keputusan Presiden Nomor 22  Tahun 2015 dan kehadiran Undang-Undang Pesantren menegaskan pengakuan negara atas keberadaan dan eksistensi pesantren.

Dihadapan peserta upacara pria berambut putih yang tampil mengenakan jas semi militer ala Soekarno itu mengungkap jejak sejarah penetapan Hari Santri Nasional.

“Penetapan Hari Santri Nasional sesungguhnya merujuk tercetusnya Resolusi Jihat Nahdlatul Ulama, yang berisi kewajiban jihad mempertahankan NKRI yang kemudian melahirkan peristiwa heroik di Surabaya 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan”, ungkap Elia Sunarto.

Kepada media Ketua LPA GENERASI Tubaba itu mengatakan disahkannya UU Pesantren merupakan hadiah terindah bagi seluruh santri di tanah air. UU Pesantren semakin mempersempit perbedaan antara sekolah umum dan pesantren. Meski pembelajaran pesantren memiliki ciri yang khas dan berbeda dengan pendidikan umum.

“Ijazah kelulusannya kini memiliki kesetaraan dengan lembaga formal lainnya”, tukasnya.

Menurutnya, ini akan mengurangi kesenjangan yang selama ini dialami sebagian lulusan pesantren. Memperkuat posisi pesantren dan madrasah diniyah.

“Tak hanya merawat tradisi keagamaan dan membangun patriotisme di tengah-tengah bangsa yang sedang berubah. Pesantren telah menunjukkan peran utamanya dalam penguatan karakter anak-anak bangsa”, pujinya.

Untuk diketahui, Pemerintah melalui Kementerian Agama sejak penetapan Hari Santri Nasional tahun 2015 dalam memperingati HSN selalu mengangkat tema berbeda. Tahun 2016 mengusung tema, “Dari Pesantren untuk Indonesia”. Tahun  2017 “Wajah Pesantren Wajah Indonesia” dan Tahun 2018 mengambil tema “Bersama Santri Damailah Negeri”. Sementara tema HSN 2019 adalah “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia”.

Salah seorang pengasuh Ponpes Darul Falah, Eko Prihanto yang dijumpai media saat mendampingi pengasuh dan sesepuh pondok pesantren, KH. M. Sahli Gufron dan Kyai Abdul Malik Sutrisno, usai upacara memberi keterangan bahwa issu perdamaian diangkat berdasarkan fakta bahwa sejatinya pesantren adalah laboratorium perdamaian. Pesantren tempat menyemai ajaran Islam rahmatanlilalamin. Islam ramah dan moderat (wasatiyah), semangat inilah yang menginspirasi santri berkontribusi merawat perdamaian dunia. (ES.007)

 

Kontributor  :  Elia Sunarto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini