BANDAR LAMPUNG – WARTAALAM.COM – Perlintasan Kereta Api (KA) di Dusun Serbajadi II, Desa Pemanggilan, Kecamatan Natar, Lampung Selatan butuh perhatian serius semua pihak terkait. Betapa tidak, kerap terjadi kecelakaan, kendaraan roda empat tertabrak kereta.
Perlintasan yang hanya berjarak sekira 100 meter dari stasiun kecil di kawasan itu, selain tidak memiliki palang pintu dan penjaga resmi dari pihak KAI, kondisinya tidak memungkinkan.
Perlintasan tersebut tepat berada atas jalan menurun dari arah permukiman penduduk, sebaliknya jika dari arah Jalan Soekarno Hatta (by pass) Desa Pemanggilan kondisi jalan menanjak.
Di sisi lain, pandangan pemakai jalan terhalang rumah penduduk, baik dari arah kanan maupun kiri jalur utama (jalan desa).
Palang pintu perlintasan dan penjaga yang ada saat ini atas inisiatif Yayasan Nurul Huda (pondok pesantren dan Sekolah Umum Tri Sukses) yang lokasinya sekira 25 meter dari perlintasan tersebut dan warga setempat.
Penjaga palang pintu hanya bertugas dari pagi hingga sore hari. Saat malam, perlintasan tak terjaga.
Di sisi lain kereta api yang melintas semakin ramai, terutama pengangkut batubara (Babaranjang), baik siang maupun malam.
Kondisi perlintasan kian rawan. Saat siang hari (dari pagi hingga sore) banyak kendaraan roda dua dan roda empat ternasuk mobil box parkir di sisi kanan dan kiri jalan menuju atau setelah perlintasan.
Mereka memarkir kendaraan di tepi hingga menutup sebagian jalan umum untuk berbelanha di toko grosir sembako yang hanya berjarak beberapa meter dari perlintasan kereta api.
“Kendaraan yang diparkir konsumen saat berbekanja atau mereja yang merunkan barang fi toko itu kerap mengganggu pengguna jalan. Bahkan saya kerap kesulitan mengatur lalulintas saat membuka palang pintu perlintasan ketika kereta api telah melintas,” kata Leman penjaga perlintasan atas swadaya warga.
Dia mengatakan, arus lalulintas di kawasan tersebut saat ini cukup padat. Banyak warga sekitar yang memiliki sepeda motor dan mobil.
“Terutama saat hari kerja, tidak sedikit guru maupun pegawai dan pengurus yayasan yang bertugas menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Terpaksa saya kerja ekstra,” ujarnya.
Warga sekitar dan pengguna jalan di kawasan tersebut berharap pihak PT KAI, pemerintah Provinsi Lampung ( Dinas Perhubungan), dan Pemda Lampung Selatan turun tangan.
“Kami berharap di perlintasan tersebut dibuatkan underpass, sehingga tidak lagi korban jiwa seperti yang terjadi Minggu (12/9/2021), seorang mahasiswi Universitas Mitra Indonesia, sherni Adheyana, warga Kota Metro dan teman prianya. Adrian warga Tempuran, Trimurjo Lampung Tengah, meninggal dunia akibat mobil yang dikendarai tertabrak kereta api sekira pukul 19,00 WIB,” kata Gholibin, kepala Dusun Serbajadi II, Senin (13/9/2021).
Dia mengatakan hampir setiap tahun ada kendaraan roda dua dan empat yang tertabrak kereta di perlintasan tersebut. (amar)