BANDAR ACEH, WARTAALAM.COM – Asrama Mahasiswa Samatiga berdiri megah di pusat kota Banda Aceh. Dibangun para pemikir dan seluruh tokoh pembangunan Samatiga pada 1983.
Keunikan masyarakat Samatiga berbeda dengan warga kecamatan lain di Aceh Barat.
Panitia pembangunan Samatiga bersama pemerintah kecamatan dalam hal ini camat selalu duduk bersama mendiskusikan dan memikirkan tentang pembangunan, baik fisik maupun mental spiritual.
Sebelum ada Asrama Mahasiswa Samatiga di Le Masen Kayee Adang, mahasiswa Samatiga kebanyakan tinggal di asrama komplek Mesjid Lueng Bata.
Namun pada 1992 seluruh tokoh masyarakat Samatiga, baik bermukim di Banda Aceh maupun di Aceh Barat menginisiasi asrama yang telah selesai dibangun segera ditempati.
Meskipun keadaan asrama masih serba darurat tapi ketua IPMS pada masa itu Ansari AR mampu meyakinkan beberapa mahasiswa untuk menempati bangunan tersebut.
Setelah diamati sambil melakukan observasi mahasiswa lain asal Samatiga. Maka, mahasiswa lainpun mulai menarik untuk menetap di tempat tersebut.
Mulailah satu demi satu pindah dan menetap di tempat itu. Lambat laun semua kamar asrama berpenghuni.
Saat ini asrama kebanggaan masyarakat Samatiga secara perlahan tapi pasti terus dilaksanakan pembangunan tahap demi tahap.
Menurut Wakil Ketua Pembangunan M. Kasman, tahun ini banyak renovasi asrama, anggaran perbaikan bersumber dari bantuan tokoh-tokoh Samatiga.
Dari pengamatan kunjungan terbaru ke asrama tampaknya pembangunan dalam berbagai bidang perlu terus dpacu, mengingat masih banyak sarana pendukung lain perlu bantuan dan uluran tangan seluruh lapisan masyarakat Samatiga.
Saat ini tempat parkir kendaraan mshasiswa perlu segera harus diatasi panitia pembangunan.
Menurut seorang mahasiswa Samatiga, sebaiknya seluruh mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Banda Aceh pada berbagai perguruan tinggi sudah sepantasnya menetap di asrama guna membantu pengeluaran sewa rumah.
“Tempat kami berada di pusat perkotaan sehingga akses ke berbagai perguruan tinggi mudah dijangkau,” katanya.
Sayang bangunan dua lantai dengan kapasitas kamar lumayan banyak, hanya dihuni 14 mahasiswa.
Idealnya bangunan dua lantai sebesar itu dihuni banyak mahasiswa.
“Padahal tinggal di asrama membantu orang tua membayar sewa rumah , tinggal di
sini semua serba gratis tanpa dipungut biaya sedikitpun,” Pak Lot, Minggu (23/10/2022).
Senada dengan tokoh di atas, tokoh muda lainnya Nyak Diwan mengatakan, semestinya asmara sebesar itu bukan hanya dipergunakan tempat hunian semata tetapi bisa juga digunakan sebagai tempat transit sementara khusus bagi masyarakat yang bepergian ke Banda Aceh dengan berbagai macam keperluan dan tujuan, tinggal menghubungi pengurus asrama.
(Muhibbul)