JAKARTA, WARTAALAM.COM – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan gempa berkekuatan magnitudo 6,3 di Teluk Tomini, Bone Bolango, Gorontalo akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Sangihe di bawah Teluk Tomini.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono di Jakarta, Rabu (18/1/2023) menyampaikan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 0,01 derajat Lintang Utara; 123,27 derajat Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 28 km arah Selatan Bulawa, Bone Bolango, Gorontalo pada kedalaman 148 km.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi intraslab dengan kedalaman menengah akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Sangihe di bawah Teluk Tomini,” katanya.
Ia mengatakan, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) dengan parameter update M6,1.
Daryono mengemukakan gempa yang terjadi pada Rabu (18/1) pukul 07.34 WIB itu berdampak dan dirasakan di daerah Luwuk dan Ampana dengan skala intensitas III-IV MMI (bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah).
Skala intensitas lebih rendah, yakni III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan akan truk berlalu) di daerah Kotamobagu, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow, Kota Gorontalo, Taliabu, Minahasa Tenggara, Boalemo, Minahasa Selatan, Toli-Toli, Poso, dan Kab. Bone Bolango dengan skala intensitas
Skala intensitas II-III MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang) di daerah Kabupaten Gorontalo Utara, Sanana, dan Palu.
Dan skala intensitas II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang) di daerah Ternate, Morowali, Manado, Halmahera Selatan dan Labuha.
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” katanya.
Hingga pukul 08.00 WIB, disampaikan, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).
Ia mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Selain itu, kata dia, masyarakat juga diimbau menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
“Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah,” katanya.
Di sisi lain, sejumlah warga Kota Gorontalo mengaku panik dan pusing akibat gempa dengan magnitudo 6,3 yang mengguncang wilayah tersebut.
“Saya pusing karena goyangannya beda dengan gempa-gempa biasanya, apalagi cukup lama,” kata seorang warga Kota Gorontalo, Neny Nasution, di Gorontalo, Rabu.
.
Warga Kota Gorontalo lainnya, Oci, terpaksa lari ke luar rumah karena panik.
“Biasanya kalau gempa ada getaran, tapi kali ini terasa diayun-ayun dan membuat saya pusing,” ungkapnya.
Gempa dengan magnitudo 6,3 Â mengguncang Gorontalo pada Rabu (18/1) pukul 08.34 Wita, dengan kedalaman 138 km.
Berdasarkan data BMKG Gorontalo, titik pusat gempa berada pada 0,07 Lintang Selatan dan 123,28 Bujur Timur.
BMKG menyatakan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami dan lokasinya berada di Minahasa, Sulawesi Utara.
Lokasi tersebut berada sekitar 69 km tenggara Kabupaten Bone Bolango atau 72 km tenggara Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. (*)