BANDAR LAMPUNG – WARTAALAM.COM – Gubernur Lampung Arinal Djunaidi melakukan kunjungan kerja ke Cisaat Precision Agriculture Farm, Jawa Barat, Senin (22/11/2021), untuk melihat pemanfaatan inovasi teknologi pertanian presisi (presicion agriculture).
Kunjungan Arinal Djunaidi beserta rombongan diterima langsung Direktur Utama PT Buwana Selaras Investment Widjajanto selaku pemegang lisensi sistem Lead Tech International (LTI).
Arinal dalam keterangan yang diterima di Bandar Lampung, kemarin, menyatakan komitmennya untuk pembangunan sektor pertanian di Provinsi Lampung guna meningkatkan ekonomi kerakyatan karena inovasi pertanian terus dilakukan.
Dalam kunjungan itu, Gubernur Lampung melihat secara langsung pemanfaatan teknologi pertanian presisi yang dinilai mampu meningkatkan produktivitas pangan.
Peningkatan itu dapat dilakukan karena sistem pertaniannya dilengkapi dengan teknologi yang bisa dengan tepat memenuhi kebutuhan tanaman.
Dalam kesempatan itu Arinal juga meninjau control room, green house, dan lahan terbuka Cisaat Precision Agriculture Farm.
Air merupakan salah satu kebutuhan primer untuk pertanian. Tanpa air, semua tumbuhan akan terhambat pertumbuhannya bahkan mati akibat kekeringan, ujar Direktur Utama PT Buwana Selaras Investment Widjajanto.
Menurutnya, saat ini banyak tantangan yang harus dihadapi masyarakat, di antaranya pemanasan global secara luas yang mempengaruhi seluruh benua.
Kekurangan air dan lahan dapat menciptakan ancaman keamanan pangan secara global. Metode irigasi secara tradisional yang banyak digunakan saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman secara nyata sehingga menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh optimal atau potensi genetiknya tidak maksimal.
Penggunaan air dan pupuk yang berlebihan dan mahal akan berbahaya bagi tanaman dan lingkungan, ujarnya.
Dengan berbagai tantangan yang ada, jelas Widjajanto, pada awalnya LTI menerapkan sistem pertanian presisi seluas lima hektare di Cisaat, di antaranya mencakup delapan unit green house yang berisi aneka sayuran dan buah (melon, kangkung, kalian, cabai, tomat, pakcoy), lahan terbuka berisi padi, singkong, tebu, kapas, jahe merah dan areal perkebunan berisi mangga, jeruk, lemon, alpukat, manggis, kopi, coklat hingga sagu. Dan selanjutnya diterapkan untuk lahan seluas 25 ha.
Dengan sistem pertanian presisi itu, semua rumpun tanaman dialiri selang yang menyalurkan nutrisi dan air. Teknologi itu bisa menghemat air hingga 40 persen, serta meningkatkan produktivitas tanaman 300 persen.
Di tanah juga dipasangi sensor. Jika padi sudah ‘kenyang’ nutrisi, maka sensor akan memberitahu untuk menghentikan aliran air dan nutrisi, katanya.
Teknologi pertanian presisi ini juga sudah diterapkan di sejumlah negara di Asia, Afrika dan Timur Tengah. Keberhasilan pertanian presisi ini di antaranya berkat penggunaan sejumlah pipa khusus dan diikuti dengan pemasangan sensor, dan penyediaan ruang kontrol.
Dengan teknologi itu memungkinkan memonitor kebutuhan air hingga pupuk dari setiap tanaman yang termonitor sensor, dan dari permintaan kebutuhan tersebut akan dikirimkan data ke ruang kontrol, lantas melalui algoritma yang bekerja selama 24 jam per hari akan disalurkan kebutuhan air dan pupuk sesuai permintaan tanaman.
Adapun keuntungan dari sistem ini yaitu setiap tanaman mendapatkan kondisi pertumbuhan yang ideal di ruang terkontrol yang kecil dan terbatas di dalam area pertumbuhan yang lebih besar.
Petani dapat menanam tanaman yang berbeda dalam satu plot. Waktu panen lebih singkat dan dapat terus memantau kesehatan dan kondisi tanaman. (*)