Pentas Seni Semarakkan Hut Ke-36 Smansa Tumijajar

0
785

TUMIJAJAR, TUBABA, WARTAALAM.COM — Nyaris tak ada ruang tersisa, halaman tengah sekolah termegah di Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) yang berdiri tak jauh dari lapangan sepakbola Kelurahan Daya Murni Kecamatan Tumijajar itu sesak dipenuhi pengunjung. Mereka terkonsentrasi pada panggung tunggal yang sengaja disediakan panitia ditambah arena berupa hamparan karpet depan panggung tempat pementasan berlangsung serta lokasi bazaar yang sedikit terpisah tetapi masih satu tenda disamping kanan tarup undangan.

“Pengunjung mbludag, tak ada tempat tersisa, banyak yang berdiri atau menempati kursi tambahan tapi masih dibawah tenda,” lapor penata acara, Komarudin, S. PdI kepada kepala sekolah ditengah acara sedang berlangsung.

HUT ke-36 SMAN 1 Tumijajar tahun ini dimeriahkan dengan penampilan anak-anak kelas X baik IPA maupun IPS, sepuluh kelas yang ada tampil semua dalam gelaran “Pentas Seni, Eksplorasi Minat dan Bakat” (PENSI). Bazaar Kewirausahaan Siswa tahun ini tak hanya diikuti kelas X, siswa kelas XI dan XII pun turut menyemarakkan suasana. Mereka menjajakan kuliner hasil olahan sendiri, termasuk ‘sirup herbal’ berupa jus sayuran organik yang mereka budidayakan sendiri di pekarangan sekolah dan menjual rupa-rupa hasil kerajinan tangan termasuk lukisan karya mereka. Semua kegiatan tersebut masih dirangkai esoknya  dengan  acara  memperingati  Maulid  Nabi  Besar  Muhammad SAW 1441 H | 2019 M, (Kamis dan Jum’at 8-9 November 2019).

Dalam laporannya, Ketua Panitia Elia Sunarto menjelaskan, Pentas Seni merupakan program kegiatan pengurus Parenting Kelas, sebagai ajang eksplorasi minat dan bakat siswa-siswi kelas X. Dilaksanakan sepenuhnya oleh pengurus parenting kelas X termasuk pendanaan konsumsi untuk peserta dan undangan, keperluan pentas anak-anak maupun bazaar diperoleh dari walimurid dan dibantu pihak sekolah. Dalam pelaksanaannya panitia melibatkan otoritas sekolah termasuk OSIS dan Rohis SMAN 1 Tumijajar.

“Kegiatan berlangsung 2 hari, hari jadi Smansa Tumijajar sebenarnya jatuh pada 9 November karena bertepatan dengan hari libur maka kami majukan,” ujar Wakasek Kurikulum, Erlita Yuliani Putri, S. Pd. pada media.

Keseluruhan rangkaian kegiatan berlangsung tertib dan lancar dipandu duet duo presenter Dwiki Rahmadani pelajar kelas XI IPA 4 dan Sekar Kirana Muda Putri pelajar kelas XI IPA 6. Mereka tampil kompak menggunakan pengantar dwibahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Inggris. Ketua Rohis Ar-Robbani SMAN 1 Tumijajar bertugas membacakan doa.

Acara bertema “Tumbuh Berkarya, Maju Bersama Cerdaskan Bangsa” tersebut dibuka dengan penampilan lima penari wanita dari Sanggar Beguai Jejamo, membawakan tari adat Lampung Sigeh Pengunten, sebagai tari persembahan menyambut tetamu yang hadir. Sanggar Beguai Jejamo SMAN 1 Tumijajar ini diasuh oleh Dwi Sayekti, S. Pd dengan pelatih tari Trinandi Hari Widagdo, S. Pd.

Para undangan terbanyak adalah anggota paguyuban, atau disebut juga parenting kelas menyesaki tenda undangan yang disediakan, puluhan undangan bahkan berdesakan di teras kelas berdiri atau menempati kursi tambahan yang tersedia, antusias menyaksikan. Sementara Ketua Panitia yang juga adalah Ketua Parenting Kelas X sekaligus Ketua LPA GENERASI Kab Tubaba, Elia Sunarto duduk berdampingan dengan Kepala SMAN 1 Tumijajar, Drs. Pujiyanta, M. Pd. Di kanan dan kiri mereka terlihat Koorwas SMA/SMK Provinsi Lampung untuk Kab Tubaba, H. Topari, Kapolsek Tumijajar hadir diwakili anggotanya, pengurus Komite Sekolah juga hadir termasuk sesepuh SMAN 1 Tumijajar, H. Mohammad Hakim Pasaribu.

Semua undangan yang notabenenya adalah orangtua siswa kelas X yang unjuk kebolehan hari itu tercenggang dan kagum dengan penampilan putra-putri mereka. Orangtua tak pernah mengira bahkan mungkin tak tahu bahwa anak-anak tersebut memiliki bakat terpendam.

Tengok saja bagaimana kreatifnya mereka ketika sederetan anak-anak perempuan tampil mengenakan daster ala emak-emak bersandal jepit masing-masing beda warna. Ada anak laki-laki tampil memakai helm sebagai penutup kepala dengan sarung terjuntal dibelakang bak superhero jagoan fantasi abad millenial.

“Ide mereka kocak dan berani, tapi serius dalam penggarapan. Parodinya menggigit dengan dialog-dialog segar dan padat. Penuh pesan moral,” apresiasi salah satu orang tua yang enggan ditulis namanya.

Tak hanya parodi segar seputar iklan sponsor seperti yang ditampilkan penyiar radio komunitas 150 FM milik SMAN 1 Tumijajar, atau tarian dan lagu-lagu Hindustan (India), alunan gitar petik mengiringi lagu klasik Lampung dipadu dengan langgam campursari dibawakan dalam dialog campuran Lampung dan Jawa menambah nuansa kebhinnekaan terasa. Suasana kebatinan tiba-tiba hadir tatkala Kidung Wahyu Kolo Sebo dilantunkan disambung nomor hits Ebiet G. Ade “Ayah” memaksa kita turut berkaca-kaca seperti rombongan anak-anak melagukannya.

Rasa nano-nano itu muncul usai suasana kocak dan sendu muncul situasi horor, ketika barisan “zombie” mayat hidup merangsek ke tengah arena. Ada sekawanan jawara dari perguruan PSHT, dan Pagar Nusa bahkan silat tradisonal Lampung pun tampil unjuk gigi. Kreasi baru dan seni tradisional tampil silih berganti, paduan suara “Gita Bahana” Smansa Tumijajar juga ambil bagian.

Yang istimewa, saat kelas X IPA 5 menampilkan flashmop, wali kelas mereka, Triea Ardianti Puspitasari, S. Pd atau yang akrab disapa Bu Dian, yang semula duduk manis disamping arena diantara deretan dewan guru tiba-tiba muncul di tengah anak didiknya dan turut menari bersama. Aksi spontan ini tentu mengundang applause dari hadirin, tak terkecuali pujian langsung datang dari Kepala Sekolah.

“Bu Dian salah seorang guru kami yang dikenal sangat dekat dengan anak-anak,” puji Drs Pujiyanta, M. Pd setengah berbisik kepada Elia Sunarto yang kebetulan duduk disebelahnya.

Dalam sambutannya, Elia Sunarto mengatakan sekolah jaman sekarang berbeda dengan sekolah zaman dahulu, interaksi keterlibatan orangtua dan anak sekarang mutlak diperlukan.

“Program parenting kelas merupakan bagian dari program segitiga antara guru, sekolah dan orangtua, ketiganya harus selaras, berimbang dan sejalan,” katanya.

Guru tugasnya mengajar dan mendidik lanjut Elia Sunarto, sekolah menyediakan ruang untuk kegiatan dan orangtua ambil bagian memberi dukungan sehingga proses belajar anak berjalan baik. Aktivis anak itu mengingatkan, pola pengasuhan dan pembiasaan di rumah dan di sekolah harus selaras, masalah anak adalah masalah kita bersama. Tak akan ada artinya ketika disiplin dan pembiasaan baik bisa diberlakukan di sekolah tetapi di rumah orang tua tidak menerapkan, lepas kontrol memberi kebebasan anak.

“Ada yang berpendapat soal karakter itu sifat bawaan. Nah kalau anggapan ini benar maka akan tidak ada artinya program pendidikan karakter itu diadakan,” ujarnya masih dari atas panggung.

Ia menggambarkan, sekolah yang baik masa kini adalah sekolah yang mampu mengembangkan pembelajaran kolaboratif antara guru, sekolah dan orangtua. Kerjasama ketiganya akan membuat pendidikan di masa depan menjadi sesuatu yang baik dan menyenangkan.

Sependapat dengan Elia Sunarto untuk membangun kolaborasi pembelajaran kreatif. Kepala SMAN 1 Tumijajar, Drs. Pujiyanta, M. Pd menyampaikan tekatnya untuk mewujudkan Sekolah Berkarakter, smart and religius; yaitu pendidikan berkarakter untuk menghasilkan pelajar yang sopan, santun, berbudaya, agamis menuju siswa berprestasi.

Untuk itu, ia bersyukur bahwasanya sejak tahun 2017 sekolah yang ia pimpin telah ditunjuk Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai satu-satunya sekolah percontohan pembentukan parenting kelas di Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Disela-sela acara diselenggarakan pemotongan tumpeng dan pelepasan balon ke udara. Ketua Parenting Kelas X, Elia Sunarto dan sesepuh pendidikan SMAN 1 Tumijajar, H. Mohammad Hakim Pasaribu mendapat kehormatan menerima potongan tumpeng dari Kepala sekolah Drs. Pujiyanta, M. Pd. (ES.007)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini