Lampung Selatan, wartaalam. Com—Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung yang berlokasi di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan mengembangkan Taman Sains Pertanian (TSP).
TSP merupakan wahana penelitian, pengkajian, pengembangan dan penerapan inovasi di bidang pertanian, sekaligus tempat peningkatan kapasitas pelaku pembangunan pertanian termasuk penyuluh dan petani.
Hal tersebut diungkapkan Kepala BPTP Provindi Lampung Jekvy Hendra saat di temui di rumah kopi, BPTP Lampung, Selasa (5/7/2022).
“Di samping sumber inovasi sangat banyak di sini. Kemudian lahirlah beberapa pemikiran untuk menjadikan daerah di sini dengan konsep agro edu wisata, kami sudah buat konsepnya dari awal itu adalah TSP. Konsep TSP dengan edukasi adalah hasil-hasil yang dimiliki BPTP yang bisa dijembatani masyarakat,” katanya.
Menurut dia, pada luas lahan 60 hektare tersebut, tidak semuanya bisa dijadikan sebagai lokasi pembinaan dan bimbingan untuk pengembangan agrowisata.
Pada bagian belakang BPTP Lampung dengan luas sekira 35 hektare kata Jekvy, akan difokuskan untuk melakukan penelitian dan pengkajian, sehingga pengunjung hanya bisa mengunjungi lahan tersebut dengan menggunakan kendaraan.
Sedangkan, untuk wilayah pembinaan kepada para pelaku pembangunan pertanian akan dilakukan dibagian depan BPTP Lampung dengan luas lahan 20 hektare.
“Karena kami adalah riset dan penelitian, kami juga tidak serta merta melakukan hal seperti itu, banyak orang yang membuka kebun yang dijadikan wisata, 6 bulan setelah peresmian selesai, karena ada hama dan penyakit yang muncul,” katanya.
Melalui penerapan konsep TSP, kata dia, para pelaku pembangunan pertanian akan mengetahui dan memahami secara menyeluruh, mengenai konsep bertani dengan baik dan cerdas.
Sehingga diharapkan, dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menguatkan peran iptek, dalam pembangunan ekonomi dengan budaya inovasi pada sektor pertanian.
“Sangat sayang bila kita tidak memanfaatkan beberapa potensi yang dimiliki Lampung Selatan. Peta kesesuaian lahan itu ada, kami harus cari kesesuaian varietas yang cocok untuk daerah tersebut,” katanya.
“Sekarang kalau kekurangan pupuk, apa alternatifnya, maka langkah pematian pupuk adalah spesifik lokasi. Kami punya alat yang bisa mengidentifikasi, kan sayang itu kalau tidak dimanfaatkan,” katanya.
Dia mengatakan, selain memiliki produk olahan seperti minuman lada dan kopi, BPTP Lampung juga memiliki berbagai produk pertanian lainnya, seperti cabe jawa, vanili, duren, padi, jagung, kedelai, pepaya dan masih banyak lagi.
Semua produk pertanian tersebut tidak dapat dihasilkan secara terus-menerus, hal ini dikarenakan BPTP Lampung akan mengkaji serta meneliti permasalahan yang terjadi di lapangan.
“Kami mengkaji, misal ada masalah di lapangan, jadi fokus kami adalah bagaimana mengatasi permasalahan tersebut. spesifik untuk Lampung Selatan yang dibutuhkan teknologinya apa, beda daerah akan beda lagi. Jadi pola kerja kami seperti itu pak, kami tidak bisa menghasilkan produk yang sifatnya terus-menerus,” ujar Jekvy. (hen/amar/kmf)