JAKARTA – WARTAALAM.COM – Hasil survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru menunjukkan mayoritas warga Indonesia tidak setuju Jokowi maju kembali dalam Pilpres 2024.
Sekitar 52,9 persen menyatakan tidak setuju, sementara yang setuju 40,2 persen, kata Peneliti sekaligus Direktur Komunikasi SMRC Ade Armando dalam peluncuran hasil survei nasional SMRC bertajuk “Sikap Publik Nasional terhadap Amendemen Presidensialisme dan DPD”, yang dilakukan secara daring, di Jakarta, Minggu (20/6/2021).
Survei SMRC juga menunjukkan mayoritas warga (74 persen) menghendaki ketetapan tentang masa jabatan presiden dua kali dipertahankan.
Yang ingin masa jabatan presiden diubah hanya 13 persen, dan yang tidak punya sikap 13 persen, ujar Ade.
Menurut Ade, temuan itu menunjukkan narasi yang diusung kelompok-kelompok tertentu agar Presiden RI Jokowi bisa kembali bertarung dalam Pilpres 2024 dengan mengubah ketetapan UUD 1945 yang membatasi masa jabatan presiden, tidak didukung mayoritas warga Indonesia.
Dukungan terhadap gagasan untuk mencalonkan Jokowi kembali sebagai presiden nampak cukup tinggi, yakni sekira 40 persen, kata Ade.
Namun, kata dia, persentase itu lebih rendah secara signifikan dibandingkan mereka yang menganggap Jokowi cukup menjabat dua kali yang mencapai 53 persen.
Apalagi, kata Ade, 74 persen warga menyatakan tidak perlu ada perubahan dalam pembatasan masa jabatan presiden.
Dia melihat ada efek Jokowi terhadap sikap publik tersebut.
Pada tingkat dasar, 74 persen publik ingin presiden dua periode saja. Tetapi, ketika disodorkan nama Jokowi untuk kembali maju pada Pilpres 2024, banyak yang goyah. Awalnya 74 persen yang menolak dua periode, menjadi 59,2 persen, kata Ade.
Dia mengatakan mayoritas warga berpendidikan tinggi menolak gagasan pencalonan kembali Jokowi dalam Pilpres 2024.
Sekira 75 persen warga berpendidikan tinggi perguruan tinggi menolak pencalonan tersebut, dan hanya 20 persen yang mendukung, ujarnya.
Survei nasional SMRC tersebut dilakukan pada 21-28 Mei 2021. Penelitian melalui wawancara tatap muka ini melibatkan 1072 responden yang dipilih melalui metode penarikan sampel random bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error penelitian ± 3,05 persen.(*)