Bicara Ketahanan Pangan, SATMAKURA Konsen Dengan Perubahan Sistem

0
319

BANDAR LAMPUNG –  WARTAALAM.COM, Status pandemi Covid-19 yang disandang Indonesia tiga bulan terakhir sejak ditemukan awal Maret lalu, berdampak luas terutama di sektor perdagangan, transportasi, pariwisata, tak terkecuali sektor pertanian ikut terdampak. Daya tahan ekonomi petani dan kemampuan rumah tangga mengakses bahan pangan dengan harga terjangkau menjadi dua persoalan krusial. Pemerintah dihadapkan pada dua tantangan besar di sektor pertanian, yaitu mencukupi pasokan pangan dengan harga terjangkau dan tetap menjaga kesejahtaraan petani di sisi lainnya.

Sementara untuk penanggulangan Covid-19 pemerintah menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yaitu istilah kekarantinaan kesehatan di Indonesia yang didefinisikan sebagai pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit.

Diakui sejumlah kalangan pandemi virus Corona Covid-19 membawa dampak luas bagi kehidupan masyarakat. Tak hanya menyebabkan permasalahan ekonomi, tapi juga berpotensi mengarah pada krisis pangan global. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengaku telah memperingatkan masalah tersebut. Dampaknya dialami lapisan-lapisan paling rentan dari masyarakat yaitu kelas menengah kebawah dan kelompok-kelompok minoritas di perkotaan.

Presiden Ir Joko Widodo dalam beberapa kesempatan juga selalu menyinggung terkait kemungkinan krisis pangan dunia di tengah pandemi Corona Covid-19. Dalam pandangan berbeda, tak sedikit pakar ekonomi dan pertanian kita mengkritisi, kebijakan impor daging dan produk pertanian yang dilakukan pemerintah justru menghancurkan ketahanan pangan nasional.

Potensi kerentanan pangan juga ditemukan dalam rilis hasil Sensus Ekonomi Nasional dari Badan Pusat Statistik Maret 2019, publikasi BPS itu menunjukkan, separuh dari 34 provinsi di Indonesia masih memiliki ketahanan pangan yang rendah.

Iqra Anugerah, Peneliti Agraria LP3ES yang juga adalah peneliti di Pusat Kajian Asia Tenggara Universitas Kyoto Jepang mengatakan, langkah mitigasi guna mencegah krisis pangan mutlak dilakukan pemerintah. Salah satunya mencegah alih fungsi lahan sangat penting. Ia menyebut pemerintah juga perlu mengakomodir pola kepemilikan lahan yang bersifat komunal agar dikelola oleh organisasi dan komunitas rakyat di pedesaan.

Dalam bahasa berbeda, bertahun-tahun jauh sebelum wabah Corona virus berbahaya yang dapat menyebabkan kematian ini merebak, Mochtar Sany sudah gencar menyuarakan reformasi di bidang pertanian. Reformasi yang dimaksud adalah melalui tatakelola (manajemen) sistem pertanian; penguatan kelembagaan petani, penerapan teknologi modern, sistem pemasaran hasil pertanian, termasuk penggunaan Informasi Teknologi (IT) dalam proses pelaksanaannya (Agriculture 4.0).

Mochtar Sany menjelaskan, tujuan penerapan pola pertanian modern adalah proses produksi pertanian yang dilakukan petani menjadi lebih efisien, mempunyai standar kualitas produksi sesuai permintaan pasar lokal maupun ekspor, dan memperoleh harga penjualan yang lebih tinggi karena mempunyai nilai tawar yang baik. Menurutnya, membangun daya jual masyarakat adalah jalan terbaik untuk mengentaskan kemiskinan. Daya jual dan dan daya beli hanya dapat tercipta melalui jalan kewirausahaan.

“Jadi, tugas kami menciptakan lebih banyak wirausahawan, terutama dari kaum miskin dan milenial,” ungkapnya kepada media saat ditemui di kediamannya di kawasan gedong Air, Senin (18/05/2020).

“Pak MS” demikian ia akrab disapa, lebih suka bicara solusi bukan masalah. Institut Satmakura miliknya pribadi yang berada di Jl. P. Tirtayasa Campang Raya, Sukabumi-Bandar Lampung, sejak awal 2000-an sudah ia bangun menjadi laboratorium dan pusat pendidikan dan latihan pemberdayaan masyarakat.

“Menjadi kawasan terpadu etalase pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan pengembangan sumber daya manusia serta teknologi. Saat ini kawasan tersebut sedang dalam proses penataan kembali,” terang Fuaddi Prayitno dari manajemen Satmakura via telepon kepada media usai dirinya mengikuti pertemuan yang dilaksanakan di Kantor Pasca Sarjana Faperta Unila, Senin (18/05/2020).

Masih dikatakan Fuaddi Prayitno, nantinya masyarakat dapat belajar ilmu terapan dan mendapatkan referensi perpustakaan. Karena disitu juga akan dibangun perpustakaan dan tempat untuk refresing keluarga berupa outbond. *** (ES.007).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini