Lampung Selatan, wartaalam.com – Sebagai kandidat calon bupati (cabup) Lampung Selatan, Nanang Ermanto lebih dikenal publik karena popularitas dan elektabilitas mumpuni.
Di samping itu, karier selama menjabat dan ingatan publik yang masih dan hanya mengenal petahana sebagai kepala daerah, serta jejak pembangunan selama menjabat merupakan investasi politik yang luar biasa untuk dipanen dalam pilkada, merupakan keuntungan tersendiri bagi calon incumbent.
Hal tersebut nampaknya menjadi ancaman utama bagi para calon penantang. Apalagi dengan kondisi terbatasnya waktu sosialisasi, mengingat sempitnya waktu antara pelaksanaan Pilkada dengan Pemilu yang hanya berselang 287 hari.
Alhasil berbagai skema dijalankan lawan politik demi menjegal ketua DPC PDIP Lampung Selatan itu untuk maju kembali maju dalam kontestasi Pilkada 2024.
Dari isu telah menjalani dua periode sehingga tak dapat mencalonkan diri kembali, Nanang Ermanto terus dihujani sejumlah negatif campaign yang bertujuan menjatuhkan elektabilitas secara instan. Seperti isu infrastruktur jalan, pemekaran daerah otonomi baru (DOB), hingga difitnah dikaitkan dengan perkara penggelapan dan penipuan sejumlah dana milik seorang ASN.
“Mengenai isu periodesasi telah terjawab dengan terbitnya PKPU Nomor 8 Tahun 2024. Sedangkan soal infrastruktur semua perlu proses, tentunya diselesaikan secara bertahap,” ujar Liaison Officer (LO) Tim Nanang Ermanto, Pantra Agung Oki Riyanto, SH, MH, Minggu (11/8/2024).
Pantra mengatakan, Nanang Ermanto juga mengakui dengan luasnya wilayah Lampung Selatan, dengan dana yang ada sangat terbatas diprioritaskan dua bidang pembangunan, pembangunan fisik berupa infrastruktur dan sumber daya manusia.
“Untuk pembangunan SDM ada tiga program prioritas, penurunan angka prevalensi stunting, percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem, revitalisasi pendidikan dan kesehatan,” katanya.
Tidak sampai di situ, terakhir upaya penjegalan kepada mantan kepala Desa Way Galih ini berlanjut dengan dominasi koalisi parpol peserta Pemilu oleh bakal calon Egi Radityo Pratama (ERP) yang notabene anak mantu dari Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan.
Koalisi yang dibangun bakal calon yang diketahui sebagai pengelola SMA Kebangsaan ini dari PAN, Gerindra, Nasdem, PKB hingga dikabarkan menyusul Golkar dan Demokrat.
Liaison Officer (LO) tim ERP, Budi Setiawan mengungkap scenario head to head untuk melawan petahana Nanang Ermanto hingga skenario kotak kosong dengan kekuatan politik yang dimiliki.
“Ini sudah kani rancang sejak lama mau kami buat head to head. Atau bisa juga kita buat petahana nggak bisa nyalon. Untuk Demokrat kita masih menunggu keputusan DPP, Insyaallah juga merapat ke kita,” kata Budi Setiawan seperti dilansir dari inihari.id pada Minggu, 4 Agustus silam.
Meski kabar terkini Demokrat telah merekomendasikan bakal calon Melinda bersama PKS, namun diperkirakan Demokrat bakal tarik rekom dari bakal paslon Melinda–Antoni dan beralih ke koalisi Nanang Ermanto atau juga ERP yang berpasangan dengan Muhammad Syaiful (MS) ketua DPD Gerindra Lampung Selatan.
Ditengarai, rekom Demokrat ke Melinda bersama PKS hanya sebuah tembakan pistol dengan amunisi mercon, yang hanya nyaring suaranya saja. Hal ini berkaitan dengan belum terpenuhinya syarat mengusung 20% jumlah kursi DPRD Lamsel, Demokrat 5 kursi dan PKS 4 kursi.
Sementara, PDIP dengan perolehan delapan kursi dapat berkoalisi dengan partai politik mana pun yang meraih kursi dalam pemilu 14 Februari lalu.
Sempat berkomunikasi intens dengan Demokrat, Nanang Ermanto juga dikabarkan mulai intens dengan PKS dan juga Golkar.
Alhasil, sejumlah skema paslon pun menyeruak ke publik dari Nanang Ermanto–Andika Kangen Band (PDIP–Demokrat), Nanang Ermanto–Antoni Imam (PDIP-PKS) hingga Nanang Ermanto–Agus Sutanto (PDIP–Golkar).
“Kami masih terus berkomunikasi dengan sejumlah parpol bakal pengusung. Namanya politik kan selalu dinamis. Kalau bicara optimis, kami selalu optimis. Berusaha dan berdoa. Insyaallah Nanang Ermanto bakal berlayar sebagai peserta dalam Pilkada Lampung Selatan 2024. Allah kuasa, mahluk tak kuasa,” kata lawyer yang familiar disapa Oki ini. (*)