Pengurus Yayasan Ulul Azmi dan Tokoh Agama Tulangbawang Barat Tolak Paham Radikalisme

0
288

TUBABA, WARTAALAM.COM – Penolakan intoleransi, radikalisme, dan terorisme semakin meningkat di Provinsi Lampung, hal itu dinyatakan dengan deklarasi penolakan yang dilakukan berbagai unsur di kalangan umat Islam.

Kali ini, kembali dilakukan pengurus dan santri Yayasan Ulul Azmi Tiyuh Kibang Budijaya, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba), Provinsi Lampung, Sabtu (30/9/2023).

Penolakan tersebut dengan mendeklarasikan inteloransi, radikalisme, dan terorisme dapat meruntuhkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), lantaran kegiatan tersebut akan merusak akhidah seseorang.

Dalam deklarasi tersebut, turut hadir Kapolsek Lambu Kibang Iptu Amaluddin, Wakil Ketua MWCNU Lambu Kibang, Ustad Wahidin, Kepala KUA Lambu Kibang, Asep Aspahani, Da’i Kamtibmas Ustad M. Davidson, Ketua Ponpes Subulussalam, Ustadz Muhammad Ridwan, perwakilan Kemenag Tulangbawang Barat serta pengurus dan santri Yayasan Ulul Azmi.

Mengawali kegiatan pendeklarasian, tokoh warga Kecamatan Lambu Kibang, Nurdin Tasliman, mengatakan, pihaknya mewakili warga mendukung kegiatan tersebut.

“Saya yakin yang hadir pada hari ini semua sepakat dan kami juga harus membentengi diri dan keluarga terutama anak anak karena di usia yang labil, mereka sangat gampang terpapar paham radikalisme,” ucapnya.

“Maka dari itu, peran orang tua sangat penting dalam memperhatikan anak – anaknya,” tutur Nurdin.

“Ia berharap, mudah – mudahan dalam acara itu ada masukan dari narasumber dan juga sebagai masukan kepada diri kita dan juga keluarga guna mengantisipasi adanya radikalisme,” tuturnya.

Tokoh masyarakat Tiyuh Kibang Budi, Davidson mengatakan, berdasarkan sejarah, dulu pernah terjadi intoleransi, lalu gerakan tersebut lambat laun diminimalisasi seolah-olah gerakan itu diwakili ponpes.

“Kami keluarga Ulul Azmi tidak ada lagi kaitannya dengan kegiatan yang melenceng dari NKRI. Saya berpesan yang berkecimpung di Ulul Azmi dan Subulussalam, mari kita bersama sama memahamkan kepada umat bahwa Islam itu intoleransi tidak benar,” katanya.

Davidson berharap, jika ada Ideologi semacam itu, adakan pendekatan secara persuasif agar tau kemana arah Ideologinya dan jangan dengan cara represif.

Perlunya pihak kepolisian datang ke pondok – pondok pengajian dengan tujuan memberikan pemahaman dan untuk mengetahui pemikiran masing – masing.

Bila ingin maju Indonesia ini, maka Nahdhatul Ulama dan Muhammadyah hendaknya bergandengan, jangan sampai keduanya pecah, maka akan lahir intoleransi nantinya, kata David.

Sementara itu, Kapolsek Lambu Kibang, Iptu Amaludin mengatakan, paham tersebut jangan sampai berkembang dan Islam, agama yang cinta damai.

Ketua Subulusalam, Ustad Ridwan mengatakan, pihaknya menolak paham intoleransi dan paham radikalisme.

“Kami sudah mendengar banyak ceramah dan inti acara ini adalah merubah cara pandang kita terhadap agama,” katanya.

“Semakin paham orang terhadap agama, saya yakin dia tidak akan terpapar radikalisme dan terorisme, saya yakin dengan cara menanggulanginya adalah menuntut ilmu agama,” katanya.

“Mewakili Ponpes Subulussalam, saya mendukung kegiatan ini, serta bila ada yang dicurigai terhadap agama jangan di tinggalkan, namun harus kita rangkul dan kita ajak berdiskusi untuk menangkal serta membudidayakan tafaqudin, jangan kita intoleran terhadap saudara kita sendiri apa lagi orang lain,” ucapnya.

“Saya sangat mendukung kegiatan ini guna mencegah stigma negatif yang beredar di masyarakat, dan alhamdulillah kita dapat mengadakan acara ini dan saya menyambut acara ini dengan senang,” tutur Ridwan.

“Kami berharap, semoga ke depan bisa mengadakan acara yang sama serta jangan kita menjauhi saudara- saudara kita yang telah terpapar radikalisme, rangkul mereka.”

“Saya mengajak tokoh agama mari berantas paham radikalisme karena ini juga tugas kita bersama untuk menolak aliran yang menyimpang dari NKRI, sekali lagi saya mengucapkan terimakasih serta kami Subulussalam menolak aliran paham radikalisme dan intoleransi,” katanya.

Ustad Almutakin, pembina Yayasan Rumah Quran Ulul Azmi mengajak memahami agama secara universal dan luas agar tidak salah jalan.

Sementara itu, Ustadz Sultoni mengatakan, senang bertemu dengan tokoh agama dan pihak kepolisian.

“Saya ini asli dari sini dan saya merupakan alumni Cikeas, mungkin karena saya, Unit 6 ini menjadi viral, saya juga tertangkap karena sudah ada bukti, artinya apa, tidak mungkin seseorang itu ditangkap kalau sudah ada bukti valid dan saya sedih karena Ulul Azmi menjadi citra buruk di mata masyarakat, semoga jangan ada dari kita yang mengikuti jejak saya,” katanya.

“Bagi kami, NKRI juga bukan paksaan dari Polda ataupun Densus 88, melainkan dari diri kami sendiri, maka ciri khusus dari pemahaman ini ada menutup diri sendiri, terorisme bukan dari Islam karena Islam tidak mengajarkan seperti itu.”

“Mari kita saling bertoleransi dalam perbedaan pendapat namun jangan sampai hal itu menjadi perpecahan bagi kita, kadang kadang kita ini salah menempatkan ilmu dan tempatnya,” tuturnya. (pon)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini